Belajar Bahasa Indonesia Kelas 3
Negara Asing yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai pelajaran di kelas
Tidak hanya Indonesia ternyata ada 7 negara asing yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran di sekolahnya lantas negara apa sajakah itu? Seperti dikutip dari CNN ada 7 negara yang mempelajari budaya dan Bahasa Indonesia ketujuh negara itu adalah :
Negara kangguru tetangga kita ini memang menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang harus dipelajari dari kelas 1 hingga kelas 7 adapun universitas atau sekolah yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang harus dipelajari adalah University of Southern Queensland dan Burgmann Anglican School yang terletak di Ibu Kota Canberra.
Negara ini tidak belajar bahasa Indonesia secara langsung tapi lebih belajar kepada kebudayaan kita seperti di salah satu sekolah di Inggris atau Whitefield School yang terdapat di London Utara dan juga Havering Music School yang terletak di bagian London Timur merupakan sekolah yang mencantumkan angklung sebagai mata pelajaran mereka.
Suriname merupakan salah satu negara di Amerika Selatan yang memiliki ikatan cukup dekat dengan negara Indonesia karena memiliki masa lalu kelam tentang kejamnya penjajahan negara asing terhadap negara itu. Bahkan dalam sejarah yang kami ketahui pada zaman pemerintahan kolonial, pemerintah kolonial membawa penduduk indonesia menjadi pegawai atau pekerja di Suriname sehingga kultur dan bahasa Indonesia ikut terbawa ke negara itu. Bahkan selain mempelajari bahasa Indonesia, masih terdapat cukup banyak penduduk Suriname yang masih cukup fasih untuk berbicara dengan bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa.
Unik tapi memang benar adanya Thailand menjadi negara dengan minat belajar bahasa Indonesia yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara negara lainnya, Terbukti hingga saat ini Thailand telah membuka mata kuliah pilihan Bahasa Indonesia bagi mahasiswa S-1 di sejumlah universitas, sebut saja Chulalongkorn University, Naresuan University, dan banyak lagi. Hal ini juga memang karena kemudahan akses dari negara Thailand ini yang memang Thailand memiliki program pembelajaran bahasa Indonesia secara langsung bagi penutur Asing.
Kalau negara Blackpink ini memang memiliki daya tarik yang sama dengan negara kita, negara kita tertarik dengan bahasa hingga budaya Korea Selatan dan juga sebaliknya sehingga ada beberapa universitas di Korea Selatan yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu program studinya sebut saja Hankuk University of Foreign Studies dan Busan University of Foreign Studies.
Ada yang tidak tahu negara hawaii? Sepertinya keterlaluan jika anda tidak tahu negara ini. Negara yang menjadi salah satu pulau wisata paling terkenal di dunia, potensi keindahan alam serta wisata bahari yang sangat unik membuat Hawaii dikenal hampir seluruh pelosok dunia. Begitu juga anda, tahukah anda bahwa negara ini juga menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang harus dipelajari? Uniknya beberapa pengajar dari Hawaii rela terbang ke tanah air untuk mempelajari kebudayaan dan bahasa Indonesia dan salah satu universitas yang mengajarkan mata kuliah Bahasa Indonesia adalah University of Hawaii at Manoa.
Negara yang indah karena kebudayaannya ini menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu mata kuliah di beberapa universitas Jepang seperti Tokyo University of Foreign Studies menjadi salah satu universitas di Jepang yang menyediakan jurusan Bahasa Indonesia. hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat Jepang dengan Indonesia memiliki hubungan yang baik dalam berbagai bidang. Jepang pun juga menjadi salah satu negara tujuan para mahasiswa Indonesia untuk menimba ilmu.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kelas dalam pendidikan memiliki sejumlah arti terkait.
Kelas dapat berarti sekelompok murid yang menghadapi pelajaran ataupun kuliah tertentu di perguruan tinggi, sekolah, maupun lembaga pendidikan.
Kelas juga bisa merujuk pada kegiatan belajar-mengajar itu sendiri: kelas dalam drama-drama karya William Shakespeare.
Kelas dapat pula berupa sekelompok murid di tingkatan yang sama dalam sebuah institusi: kelas satu; ataupun sekelompok murid yang lulus dari lembaga tersebut di saat yang sama: kelas 2005 (bandingkan alumnus/i).
Kelas dapat pula merujuk ke ruangan, bangunan, atau wahana di mana pelajaran diajarkan.
Dalam sistem pendidikan di beberapa negara (seperti Republik Tiongkok), kelas dapat merujuk pada pembagian murid di suatu bagian akademik, terdiri atas sekelompok murid di tingkatan akademik yang sama. Sebagai contoh, kelas 2 di sebuah bagian dapat terbagi atas 3 kelas.
Di negeri seperti Republik Indonesia, kelas dapat berarti tingkatan: kelas 1 SD untuk usia 6 dan 7 tahun, kelas 2 SD untuk usia 7 dan 8 tahun, kelas 3 SD untuk usia 8 dan 9, kelas 4 SD untuk usia 9 dan 10, kelas 5 SD untuk usia 10 dan 11 tahun, kelas 6 SD untuk usia 11 dan 12 tahun. kelas 1 SMP untuk usia 12 dan 13 tahun, kelas 2 SMP untuk usia 13 dan 14 tahun, kelas 3 SMP untuk usia 14 dan 15 tahun. kelas 1 SMA untuk usia 15 dan 16 tahun, kelas 2 SMA untuk usia 16 dan 17 tahun, kelas 3 SMA untuk usia 17 dan 18 tahun.
Bacalah teks persuasi berikut untuk menjawab soal nomor 11 sampai 15
Hindari Berita Burung
Hoax atau berita burung sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat yang berbangsa dan bernegara seperti negara besar Indonesia yang memiliki adat ketimuran.
Sudah banyak contoh negara-negara timur tengah yang termakan isu hoax yang membenturkan antara agama dan berbangsa. Dan, tak kunjung selesai konflik-konflik itu terus berkepanjangan namun tidak satupun hal positif yang bisa dipetik dari konflik itu. Menang jadi abu sedangkan kalah jadi arang.
Karena dampak negatifnya amat besar, waspadalah. Jangan mau Indonesia menjadi suriah berikutnya. Hindari hoax dan jangan merasa benar sendiri, hargai lawan bicara atau seseorang yang berbeda pendapat. Percayalah bahwa perang saudara tidak akan membuatmu nyaman seperti sekarang ini misalnya bebas sekolah, beribadah, bergaul, dan lainnya.
12. Kalimat yang menyatakan ajakan dalam teks persuasi di atas adalah ….
Bacalah teks berikut dengan seksama.
Judul Buku : O Amuk Kapak Tiga
Kumpulan Sajak Sutardji Calzoum Bachri
Penulis : Sutardji Calzoum Bachri
Penerbit : Yayasan Indonesia bekerja sama dengan PT Cakrawala Budaya Indonesia
Cetakan : Cetakan keempat, 2004
Tebal Buku : 110 halaman.
Teks tersebut merupakan bagian … dari sebuah resensi buku.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.[1] Beberapa ilmuwan yang termasuk pendiri dan penganut teori ini antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner. Penganut aliran behavioristik berkeyakinan bahwa setiap anak manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan dan warisan yang bersifat abstrak lainnya. Semuanya itu timbul setelah manusia mengalami kontak dengan alam dan lingkungan sosial budayanya dalam proses pendidikan. Dan menurut mereka, segenap perilaku manusia itu bisa dipelajari dan dibentuk oleh lingkungannya. Maka individu akan menjadi pintar, terampil, dan mempunyai sifat abstrak lainnya tergantung pada apakah dan bagaimana ia belajar dengan lingkungannya.[2]
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(Gage, Berliner, 1984).
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkret, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkret yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari
, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, tetapi dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Asas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekadar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, tetapi lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hierarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekadar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekadar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
Bekasi(29/09/2022)- Halo Sahabat Thariq, Alhamdulillah dengan izin Allah kita dapat belajar Bahasa Arab kembali pekan ini. Seperti biasa, pembelajaran bahasa Arab kali ini akan diberikan tujuh kosa kata yang berhubungan dengan kelas beserta penggunaanya dalam kalimat yang sederhana. Berikut adalah tujuh kosa kata seputar benda di kelas :
1.قَلَمُ حِبْرٍ : Spidol (Qolamu Hibri)
Dalam kalimat : ذَلِكَ قَلَمُ حِبْرٍ { itu (lk) Spidol }
2. سَبُّوْرَةٌ : Papan tulis (Sabburotun)
Dalam kalimat : تِلْكَ سَبُّوْرَةٌ { itu (pr) Papan tulis}
3. طَلَّاسَةٌ : Penghapus papan tulis (Thollasatun)
Dalam kalimat : تِلْكَ طَلَّاسَةٌ { itu (pr) penghapus papan tulis }
4. كُرْسِيٌّ : Kursi (Kursiyyun)
Dalam kalimat : ذَلِكَ كُرْسِيٌّ { itu (lk) kursi }
5. نَافِذَةٌ : Jendela (Nafidzatun)
Dalam kalimat : تِلْكَ نَافِذَةٌ { itu (pr) jendela }
6. كُرَّاسَةٌ : Buku tulis (Kurrosatun)
Dalam kalimat : تِلْكَ كُرَّاسَةٌ { itu (pr) buku tulis }
7. خِزَانَةٌ : Lemari ( Khizanatun)
Dalam kalimat : تِلْكَ خِزَانَةٌ { itu (pr) lemari }
Baca juga : Yuk Belajar Bahasa Arab ! Materi Hari Ini : Kosa Kata Di Sekolah (Bagian 2)
Baca juga : Yeaay ! Belajar Bahasa Arab Menyenangkan Di Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor
Demikian tujuh kosa kata beserta kalimatnya untuk pembelajaran hari ini. Jangan lupa untuk mengulang-ulang kosa kata yang sudah dipelajari pada pertemuan pertama dan kedua ya. Dengan menghafal satu kosa kata sehari beserta kalimatnya, mudah-mudahan sedikit demi sedikit menjadi paham sehingga nantinya mahir berbahasa Arab. Simak terus pembelajaran bahasa Arab yang akan datang bersama Ust. Teuku Zuhdi Zahir, Lc (Penanggung Jawab Bahasa Arab Thariq Bin Ziyad Boarding School).
Simak video : Pembelajaran PAI Bab 1 : Menuntut Ilmu (oleh Ust. Teuku Zuhdi Zahir, Lc)
Manfaat belajar bahasa Indonesia bagi siswa di sekolah
Belajar bahasa Indonesia di sekolah menjadi menu wajib yang tidak bisa kita tinggalkan, meskipun kurikulum kita sudah menjadi kurikulum merdeka belajar tapi tetap saja untuk bahasa Indonesia masuk ke dalam 1 dari 7 mata pelajaran wajib bagi siswa. Adapun beberapa manfaat belajar bahasa Indonesia bagi siswa di sekolah seperti :
Melestarikan bahasa nasional
Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional bukan karena hal yang mudah, dalam buku sejarah di sekolah butuh banyak korban yang memperjuangkan kemerdekaan indonesia sehingga bahasa Indonesia harus dijadikan sebuah bahasa persatuan yang dimana dapat menyatukan dari sabang sampai merauke. Dalam buku sejarah juga dijelaskan bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional setelah Indonesia mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1945.
Adapun alasan jika Bahasa Indonesia tidak dilestarikan ditakutkan lama-lama anak muda tidak mengenal lagi bahasa nasionalnya. Akibatnya, suatu saat nanti justru bahasa asing yang akan lebih banyak digunakan, dan anak muda malu berbicara bahasa nasionalnya sendiri.
Memudahkan dalam komunikasi yang menjadi kunci dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran di sekolah, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Secara umum adalah bahasa Indonesia, meskipun ada beberapa waktu khusus dimana biasanya dilaksanakan di sekolah swasta dijadikan sebagai waktu belajar menggunakan bahasa Asing seperti Inggris atau Arab. Tapi secara umum bahasa Indonesia menjadi satu satunya bahasa yang biasa digunakan untuk komunikasi selama di sekolah dan bahasa Indonesia juga yang menjadi kunci utama dalam berjalannya pembelajaran. Karena lebih mudah dalam guru menyampaikan sampai lebih mudah bagi siswa untuk menerima ilmu jika menggunakan bahasa Indonesia.
Menambah wawasan dan pengetahuan
Belajar bahasa Indonesia menambah wawasan dan pengetahuan kita sebagai seorang pelajar. Banyak yang bisa kita pelajari dalam bahasa Indonesia, seperti huruf, tanda baca, kalimat, paragraf, kata bantu, kata sambung dan berbagai macam lainnya. Dalam bahasa Indonesia ada bahasa kiasan dan kata kata Anonim, Sinonim dan Antonim yang memang menjadi menu yang perlu kita ketahui juga apalagi jika kita seorang yang suka akan syair syair dan menulis novel atau artikel.
Bahasa Indonesia dapat menumbuhkan Ide
Dalam bahasa Indonesia kita akan mempelajari berbagai macam karya sastra dari pantun, puisi, syair dan lain sebagainya. Dan jika anda seorang musisi bahasa Indonesia bisa dijadikan sebagai sebuah lirik lagu lagu yang akan anda mainkan dengan Indah.
HUBUNGAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATA PELAJARAN BAHASA MANDARIN KELAS 3 SD KRISTEN KALAM KUDUS TIMIKA
Belajar bahasa Indonesia di negara Indonesia, hal yang unik tapi itu penting. Karena meskipun kita terlahir di negara Indonesia tidak semua orang bisa membaca dan menulis bahasa indonesia dengan baik dan Benar. Selain itu belajar bahasa Indonesia itu sangat penting dan memiliki manfaat seperti dapat mempermudah dalam komunikasi hal ini membuat komunikasi antar orang yang berbeda suku menjadi lebih mudah, menambah wawasan dan pengetahun seperti tanda baca, puisi, pantun, kalimat, ejaan dan masih banyak yang lainnya. Belajar bahasa Indonesia di negara Indonesia juga menunjukan jiwa nasionalisme yang membuat kita semakin bangga dengan negara kita ini.
Bahasa Indonesia sudah mengalami 8 kali perubahan ejaan
Bahasa Indonesia sudah 8 kali mengalami perubahaan ejaan. Seperti dikutip dari Buku karya HERNITI, ENING (2019) SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA (DARI MASA PEMERINTAHAN BELANDA HINGGA MASA PEMERINTAHAN JOKO WIDODO). DIVA Press, Yogyakarta. diungkapkan bahwa bahasa Indonesia sudah mengalami 8 kali revisi dalam ejaan seperti saat sebelum kemerdekaan, ejaan yang diberlakukan adalah Ejaan van Ophuijsen yang diresmikan pada 1900. Ejaan ini berlaku sampai dengan tahun 1947. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami enam kali perubahan ejaan, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947−1956), Ejaan Pembaharuan (1956−1961), Ejaan Melindo (1961−1967), Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967−1972), Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972−2015), dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) (2015 sampai sekarang).